Radasi laser ditandai
oleh order tingkat tinggi dari medan
cahaya disbanding sumber – sumber lain. Dengan kata lain, ia memiliki tingkat
koherensi yang tinggi. Koherensi tingkat tinggi dari pancaran laser memungkinkan
untuk melaksanakan pemusatan special luar biasa dari daya cahaya, misalnya
W dalam ruang dengan dimensi
linear hanya µm. Radiasi yang demikian tinggi intensitasnya dapat memotong
logam, menghasilkan lasmikro, mengebor lubang mikroskopis lewat Kristal intan
dan sebagainya.
dan sebagainya.
Perlu disebutkan
disini bahwa disamping sifat – sifatnya yang baik ini laser tidak memberikan penyelesaian untuk semua
masalah kita. Keadaan masa kini lebih cepat diringkas dalam komentar Shcawlow
[208] :
“
monokromasitas, kesearahan dan intensitas cahaya laser member kemungkinan
jangkauan luas pengkajian ilmiah yang tidak dapat dibayangkan tanpa mereka . .
. . . Walaupun demikian, kita kadang – kadang masih terbatasi oleh sifat –
sifat laser yang tersedia, dan harus mencoba memperluas teknologi laser.
Mungkin pada suatu hari kita mempunyai sinar – gamma yang dapat kita gunakan
untuk merangsang superposisi koheren dari tingkat – tingkat energy nuklir dan
untuk mengubah menurunnya radioaktif inti. Adanya laser belum memberikan
penyelesaian semua masalah kita. Tetapi ia telah memberikan kepada kita
petunjuk baik dan indah dimana penyelesaian menarik yang mungkin ditemukan “.
Sesungguhnya, usaha penelitian saat ini, dimaksudkan untuk memperluas “
jangkauan laser “, terutama untuk menurunkan batas panjang – gelombang – pendek
sampai daerah sinar – gamma dari spectrum.
Cahaya yang
keluar dari sumber cahaya konvensional merupakan campur-baur gelombang –
gelombang kecil terpisah dengan memperkuat atom atau memperlemah satu sama lain
dengan cara acak ; permukaan gelombang yang dihasilkan dengan demikian berubah
dari titik ketitik dan berubah dari waktu ke waktu. Jadi, ada dua konsep
koherensi yang tidak tergantung satu sama lain, yaitu koherensi temporal dan
koherensi special.
a)
Koherensi Temporal
Jenis koherensi
ini dimasudkan adalah korelasi antara medan disuatu titik dan medan pada titik
yang sama pada saat berikutnya ; yakni hubungan antara E (x,y,z,t1)
dan E ( x,y,z,t2). Jika beda fase antara dua medan tetap selama
periode yang diamati, yang berkisar antara beberapa mikrodetik, gelombang
tersebut kita namakan memiliki koherensi temporal. Jika beda fase berubah
beberapa kali dan secara tidak teratur selama periode pengamatan yang singkat,
gelombang dikatakan tidak – koheren.
b)
Koherensi Special
Dua medan pada
dua tiik berbeda pada permukaan gelombang dari suatu gelombang elektromagnetis
dikatakan koheren special jika mereka mempertahankan beda fase tetap selama
waktu t. Bahkan hal ini mungkin jika dua berkas tersebut secara sendiri –
sendiri tidak koheren temporal ( menurut waktu ), karena setiap perubahan fase
dan salah satu berkas diikuti oleh perubahan fase yang sama dalam berkas yang
lain. Dengan sumber cahaya biasa hal ini hanya mungkin jika dua berkas telah
dihasilkan dalam bagian yang sama dari sumber.
Tidak-koleransi
temporal merupakan karakteristik dari berkas tunggal cahaya,sedangkan
tidak-kolerensi sepesial berkenaan dengan hubungan antara dua berkas cahaya
yang terpisa. Dua berkas cahaya yang berasal dari bagian bagian berbeda dari
sumber telah di pancarkan oleh kelompok kelompok atom yang berbeda. Masing
maing berkas tidak akan koheren-waktu dan akan mengalami perubahan fase acak
sebagai akibatnya beda fase antara dua berkas juga akan mengalami perubahan
prubahan yang cepat dan acak. Dua berkas yang demikian dikatakan tidak-koheren
sepesial (menurut tempat).
Interferensi
merupakan minifestasi koherensi. Untuk menghasilkan frinji – frinji
interferensi, sangat diperlukan syarat agar gelombang – gelombang tetap koheren
yang berinterferensi tersebut tetap koheren selama periode waktu tertentu. Jika
salah satu gelombang berubah fasenya, frinji akan berubah menurut waktu. Dengan
sumber cahaya alami perubahan sangat cepat dan tidak terlihat adanya frinji.
Cara paling
sederhana untuk menghasilkan frinji interferensi adalah menggunakan cara yang
digunakan dalam percobaan dua-celah.
Dalam percobaan ini Young menggunakan satu sumber sebagai asal dua seumber yang membeda. Cahaya dari sumber S melewati celah A dan kemudian melewati dua lubang kecil yang dibuat dalam layar B. Hubungan fase antara pulsa – pulsa berurutan tetap dan frinji interferensi dihasilkan pada layar C. Kita harus teliti agar celah A sangat kecil dibandingkan dengan ukuran frinji. Jika tidak, frinji yang dihasilkan oleh bagian – bagian yang berbeda dari celah akan tumpang – tindih dan memberikan penerangan yang rata. Hal ini tidak akan terjadi jika gangguan – gangguan pada titik – titik berbeda sepanjang berkas terkolerasi, yakni jika ada koherensi special.
Dalam percobaan ini Young menggunakan satu sumber sebagai asal dua seumber yang membeda. Cahaya dari sumber S melewati celah A dan kemudian melewati dua lubang kecil yang dibuat dalam layar B. Hubungan fase antara pulsa – pulsa berurutan tetap dan frinji interferensi dihasilkan pada layar C. Kita harus teliti agar celah A sangat kecil dibandingkan dengan ukuran frinji. Jika tidak, frinji yang dihasilkan oleh bagian – bagian yang berbeda dari celah akan tumpang – tindih dan memberikan penerangan yang rata. Hal ini tidak akan terjadi jika gangguan – gangguan pada titik – titik berbeda sepanjang berkas terkolerasi, yakni jika ada koherensi special.
Dalam praktek, untuk
titip P pada permukaan gelombang terdapat daerah terhingga disekitarnya, yang
setiap titik di dalamnya akan mempunyai korelasi fase yang baik dengan titik P.
Dengan satu lubang-sempit (pin-hole) tetap dan menggerakkan lubang-sepmit,
dapat terlihat setiap pengurangan penampakan frinji. Daerah permukaan gelombang
dimana lubang-sempit dapat digerakkan dan frinji tetap terlihat dinamakan
daerah koheren dari gelombang cahaya dan merupakan ukuran dari koherensi special
atau koherensi melintang (transverse) dari gelombang. Hal ini menandakan
perubahan koherensi menurut ruang (special) sepanjang permukaan-gelombang dalam
arah melintang terhadap arah perambatan. Dari pandangan ini, maka koherensi
temporal dikenal sebagai koherensi longitudinal.
Ukuran dari kekontrasan
frinji yang dinamakan penampakan prinji juga digunakan sebagai ukuran
koherensi.
Michelson mendefinisikan
penampakan frinji (fringe visibility) sebagai berikut
Di mana Emaks
adalah energy relatife dari frinji terang dan Emin adalah energy
dalam frinji gelap di sebelahnya. Jika frinji dihasilkan berkas koheran denagn
amplitudo yang sama,penampakan frinji saam dengan satu (Emin = 0); sedangkan frinji yang dihasilakn oleh
tidak-koheren penampakan sama dengan nol; (Emaks = Emin),yakin
tidak ada frinji. Penampakan frinji memenang terlihat dalam
laboratorium,namun,kurang dari satu,bahkan walaupun denagn gelombang gelombang
yang sama amplitudonya. Karena itu,jelasnya hanya gelombang koheren sebagaian
yang ada dalam kenyataan.
Zermike mendefinisikan tingkat koherensi (degree of coherence),V2,sama dengan penampakan frinji
jika jarak lintasan antara berkas berkas itu kecil dan amplitudonya sama,dan
ini merupakan syarat yang paling baik untuk menghasilkan frinji. Dalam
percobaan Young,penamakan frinji dapat diambil sebagai ukuran langsung tingkat koherensi
cahaya pada dua lubang. Menurut pengalaman,jika V2 > 0,85, maka
dua sumber sekunder tersebut dilihatkan sanagat koheran. Dapat ditunjukan,bahwa
hanya cahaya yang monokromatis sempurna yang koheren sama sekali baik dalam
waktu(temporal) maupun dalam (sepesial).
Pembahasan samapai saat ini sangat ideal,karena telah kita
misalkan,bawah kelompok gelombang di hasilkan oleh sumber tetap merupakan
gelombang simis sempurna selama waktu tertentu. Namun,hanya dalam buku saja
dikatka bahwa cahaya mempunyai gelombang sinusoidal. Dalam kenyataanya
frekuensi dapat berubah pelan dan acak menurut waktu disekitar frekuensi-pusat
ώ0 dan lebar-pita (band width)
sehingga ditentuka bahwa selang frekuensi antara
sampai
terdiri dari bagian tersebar energy radiasi.
Sepanajang interval waktu yang lebih pendek dari pada waktu satu
gelombang,satu paket gelombang,gelombang akan muncul sebagai sinusoidal
murni(gambar 5.3). waktu rata rata dimana terjadi pancaran sinusoidal ideal
dinamakan waktu koherensi Tc.
panjang yang bersangkutan Lc = cTc dimana c kecepatan cahaya dinamakan
panjang koherensi sesudah waktu Tc , tidak korelasi antara fase dari
gelombang.
sebenarnya artikelnya sangat bermanfaat, tetai alangkah baiknya jika font yang anda gunakan font yang biasa saja modenya,,, :) terima kasih
BalasHapus